Kamis, 19 Juni 2008

Tugas : Cooperative Learning

NAMA : DWI WAHYUNI

NIM : 0805136119

COOPERATIVE LEARNING

A. PENDAHULUAN

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Cooperative Learning juga bisa dimaknai sebagai strategi mengajar yang berhasil dalam kelompok kecil, setiap siswa dapat meningkatkan kemampuan yang berbeda, dan menggunakan variasi aktivitas mengajar untuk memperbaiki pengertian mereka tentang subyek. Setiap anggota kelompok dapat merespon tidak hanya untuk belajar apa itu mengajar tetapi juga untuk membantu kelompok belajar, dengan demikian dapat menciptakan atmosfer prestasi. Siswa berkewajiban bekerja sampai selesai dan semua anggota kelompok berhasil mengerti secara lengkap.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994).

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dan 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dan campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). Alasan digunakannya Cooperative Learning : Penelitian memperlihatkan teknik Cooperatif Learning

§ Menaikkan motivasi belajar siswa dan prestasi siswa.

§ Menambahkan ingatan siswa.

§ Mempertinggi kepuasan siswa dengan pengalaman belajar mereka.

§ Membantu siswa mengembangkan keterampilan dan komunikasi.

§ Menaikkan harga diri siswa.

B. CIRI - CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Beberapa ciri dan pembelajaran kooperatif adalah; :

(a) Setiap anggota memiliki peran.

(b) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.

(c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya.

(d) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.

(e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993).

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok tergantung dan pembelajaran individu dan semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dan yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. Keunggulan menggunakan pembelajaran kooperatif adalah saling menguntungkan semua anggota kelompok:

§ Keuntungan dan setiap peserta dengan peserta yang lain (Sukses anda menguntungkan saya dan sukses saya menguntungkan anda).

§ Mengakui semua anggota kelompok sebagai bagian dan team (Kita semua tenggelam atau berenang bersama di sini,).

§ Mengetahui satu penampilan adalah disebabkan kerjasama dengan yang lain dan anggota kelompok (Kami ada karena anda).

§ Merasa bangga dan bergabung merayakan bila anggota kelompok meraih prestasi (Kita semua mengucapkan selamat pada yang berprestasi).

Elemen-elemen Cooperative Learning

Hanya di bawah kondisi tertentu prestasi Cooperative dapat diharapkan Lebih produktif dan pada kompetitif dan prestasi individualistic. Kondisi tersebut adalah:

1. Saling ketergantungan positif (tenggelam atau berenang bersama)

§ Setiap sukses anggota kelompok adalah wajib dan mutlak.

§ Setiap anggota kelompok memiliki sumbangan unik untuk membuat prestasi gabungan karena sumber/bahan dan padanya dan atau kemampuan menjawab peranan dan tugas.

2. Interaksi face to face (menaikkan setiap sukses yang lain)

  • Menerangkan secara lisan bagaimana memecahkan problem.
  • Mengajarkan ilmu pengetahuan kepada yang lain.
  • Mengecek pengertian.
  • Mendiskusikan konsep yang dipelajari.
  • Menghubungkan belajar saat ini dengan yang lalu.

3. Akuntabilitas individual dan kelompok (Tidak ada seorang yang membonceng! Tidak ada kemalasan sosial)

  • Pemeliharaan ukuran kelompok kecil, semakin kecil ukuran kelompok maka akuntabilitas individual dapat menjadi lebih besar.
  • Memberikan tes individual pada setiap kelompok.
  • Secara random menguji siswa secara lisan.
  • Mengobservasi setiap kelompok dan mencatat frekuensi dengan kontribusi setiap anggota pada kerja kelompok.
  • Mengangkat seorang siswa dalam setiap kelompok yang berperan sebagai pemeriksa, yang bertugas menanyakan anggota kelompok yang lain untuk menerangkan pertimbangan yang masuk akal atas keraguan jawaban kelompok.
  • Mengijinkan siswa mengajar apa yang mereka pelajari kepada temannya yang lain.

4. Interpersonal dan keterampilan kelompok kecil

Keterampilan sosial harus mengajarkan

  • Kepemimpinan.
  • Pengambil keputusan.
  • Membangun kepercayaan.
  • Komunikasi.
  • Keterampilan manajemen konflik.

5. Pengolahan kelompok

  • Anggota kelompok mendiskusikan bagaimana sebaiknya mereka mencapai tujuan mereka dan mempertahankan hubungan kerja yang efektif.
  • Mendiskripsikan perbuatan kelompok yang bermanfaat dan tidak bermanfaat.
  • Membuat keputusan tentang perilaku apa yang dilanjutkan atau di rubah.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurangnya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.(2000), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dan orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dan berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting diiniliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

D. KETRAMPILAN KOOPERATIF

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan. Keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara lain ssebagai berikut.

(Lungdren, 1994)

a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal

1). Menggunakan kesepakatan

Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.

2). Menghargai kontribusi

Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini berarti harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja kritik yang diberikan itu ditujukan terhadap ide dan tidak individu.

3). Mengambil giliran dan berbagi tugas

Pengertian ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

4). Berada dalam kelompok

Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.

5). Berada dalam tugas

Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

6). Mendorong partisipasi

Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

7). Mengundang orang lain

Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.

8). Menyelesaikan tugas tepat waktu

9). Menghormati perbedaan individu

Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati terhadap budaya, suku, ras atau pengalaman dan semua siswa atau peserta didik.

b. Keterampilan Tingkat Menengah

Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.

c. Keterampilan Tingkat Mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.

E. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KOOPERTIF

Urutan langkah-Langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraiakan oleh Arends (1997) adalah sebagaimapa terlihat pada tabel berikut:

FASE

TINGKAH LAKU GURU

Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2:
Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3:
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4:
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5:
Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6:
Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Terdapat enam fase utama dalam pembelajaran kooperatif (Arends, 1997). Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan dan pembelajaran dan mernotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan Penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan langkah-langkah di mana siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dan pembelajaran kooperatif meliputi penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh siswa dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu.

F. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dan model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Di sini akan diuraikan secara ringkas masing-masing pendekatan tersebut.

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akadamik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dan laki-laki dan perempuan, berasal dan berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Bentuk lain dengan pendekatan STAD yakni dengan pendekatan Patners (pasangan) dengan pola sebagai berikut:

Ø Kelas dibagi ke dalam 4 tim.

Ø Pasangan bergerak pada satu sisi ruangan.

Ø Setengah dan tim memberikan bahan agar diajarkan kepada separuh tim yang lain.

Ø Pasangan kerja mempelajari dan dapat mengkonsultasikan dengan pasangan kerja yang lain pada materi yang sama.

Ø Tim kembali bersama dengan setiap set dan pasangan mengajar set yang lain.

Ø Tim mengadakan kuis dan tutor kelas.

Ø Tim mereview belajar mereka dan memperbaiki proses belajarnya.

Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuiskuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

b. Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimanajalannya penyelidikanmereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang Lebih rumit daripada pendekatan yang Lebih terpusat pada guru. Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau ininat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Bentuk-bentuk pendekatan investigatif meliputi:

2. Three step interview (tiga langkah interview)

Ø Setiap anggota kelompok memilih anggota yang lain sebagai pasangan.

Ø Langkah pertama : menginterview pasangan mereka dengan bertanya kejelasan pertanyaan.

Ø Langkah kedua : berbalik peranan, pasangannya ganti menginterview.

Ø Langkah ketiga : anggota memberi tanggapan pasangan mereka dengan kelompok.

3. Three Ininute Review (ulangan tiga menit)

Guru menghentikan beberapa waktu selama pelajaran atau diskusi dan memberikan waktu tiga menit kepada kelompok untuk mengulang apa yang dikatakan, menanyakan kejeasan pertanyaan atau jawaban pertanyaan.

4. Round Robin Brainstorming.

Ø Kelas dibagi ke dalam kelompok kecil (4 sampai 6) dengan satu orang ditunjuk sebagai pencatat.

Ø Sebuah pertanyaan dengan beberapa jawaban dan siswa diberi waktu untuk berpikir tentang jawaban.

Ø Setelah waktu berpikir, anggota dan kelompok memberi tanggapan dengan yang lain model Round Robin.

Ø Pencatat menulis jawaban anggota kelompok.

Ø Setiap siswa kemudian mulai mencatat dan setiap siswa dalam kelompok agar memberi jawaban sampai waktu habis.

c. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, daripada penghargaan individual.

Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akadamik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Beberapa macam struktur yang terkenal adalah thinkpair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akadamik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu.

1. Think-pair-share (berpikir berpasangan bersama)

Ø Melibatkan 3 langkah struktur cooperative.

Ø Pertama : siswa diam berpikir tentang pertanyaan yang diberikan guru.

Ø Kedua : siswa berpasangan, saling mengajar.

Ø Ketiga : meminta tanggapan dan pasangan yang lain, kelompok yang lain, atau seluruh kelompok.

2. Numbered Heads (kepala bernomor)

Ø Satu tim ditetapkan 4 orang.

Ø Setiap anggota diberi nomor 1, 2, 3, dan 4.

Ø Pertanyaan diberikan kepada kelompok.

Ø Kelompok bekerja sama menjawab pertanyaan juga semua dapat menjawab pertanyaan secara verbal.

Ø Guru memanggil nomor, dan siswa yang dipanggil sesuai dengan nomornya memberikan jawaban.

3. Team Pair Solo (tim pasangan tunggal)

Ø Siswa mengerjakan persoalan pertama dengan kelompok, kemudian dengan pasangan, dan terakhir mereka sendiri. ini didesain untuk mengatrol siswa menyelesaikan problem yang pada awalnya diluar kemampuan mereka. Hal ini berdasarkan pengertian sederhana bahwa siswa dapat mengerjakan sesuatu dengan perantara dan pada mereka bekerja sendiri.

4. Circle the Sage (lingkaran orang bijaksana)

Ø Pertama guru menanyakan kelas untuk melihat siswa yang mana yang memiliki pengetahuan spesial untuk sharing. Pengetahuan tersebut dapat berupa kelebihan pada mata pelajaran tertentu atau pengalaman pribadi.

Ø Siswa “bijaksana” berdiri dan berjalan ke luar ruangan.

Ø Guru lalu menghentikan kelas kemudian mengelilingi “orang bijaksana”, dengan tidak ada dua anggota tim yang sama yang mendatangi “orang bijaksana” yang sama.

Ø “Orang bijaksana” menerangkan apa yang mereka ketahui selama kawan sekelas mendengarkan, menanyakan pertanyaan, dan membawa catatan.

Ø Semua siswa kemudian kembali ke kelompok mereka, menjelaskan kepada anggota kelompok apa yang mereka dengar.

Ø Mereka memperbandingkan hasil catatan, jika ada ketidaksetujuan maka dipecahkan kembali.

d. Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dan beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dan 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggungjawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang dibenikan, tetapi mereka juga harus siap membenikandan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994). Para anggota dan tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dan beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dan anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalaini topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).

Para anggota dan kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya). Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut;

(1) Pembagian tugas.

(2) Pemberian lembar ahli.

(3) Mengadakan diskusi.

(4) Mengadakan kuis.

Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Savin, 1995):

a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.

c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.

d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.

e. Penghargaan kelompok:(penghitungan skor keompok dan menentukan penghargaan kelompok)

Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan pada skor keompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997) memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut.

Skor Kuis Individu

Skor Perkembangan

1. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal

2. 10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal

3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya

4. Lebih dari 10 di atas skor awal

5. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

5

10

20

30

30

Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi kelompok, menurut Arends (1997) dapat dilihat dalam penggolongan sebagai berikut : Tingkat Penghargaan Kelompok, Rata- rata kelompok Penghargaan 15 tergolong Good Team (tim yang bagus), 20 tergolong Great Team (tim yang hebat) masuk dalam kategori Super Team (tim yang super).

References

· Deutsch, M. (1962). Cooperation and trust: Some theoretical notes. In M. R. Jones (Ed.), Nebraska symposium on motivation, 275-319. Lincoln, NE: University of Nebraska Press.

· Johnson, D. W. (1991). Human relations and your career (3rd. ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

· Johnson, D. W. (1993). Reaching out: Interpersonal effectiveness and self- actualization (6th ed.). Needham Heights, MA: Allyn & Bacon.

· Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (1989). Cooperation and competition: Theory and research. Edina, MN: Interaction Book Company.

· Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (1995). Teaching students to be peacemakers (3rd ed.). Edina, MN: Interaction Book Company.

· Johnson, D. W., Johnson, R. T., & Holubec, E. J. (1993). Cooperation in the Classroom (6th ed.). Edina, MN: Interaction Book Company.

Tidak ada komentar: